Minggu, 07 Maret 2010

0004. Wahyu SAPTA DARMA.


Perawakan badan Pak Arjo sopuro
Ada orang yang menceriterakan bahwa ketika menerima Wahyu Sapto Darmo ini, umurnya 36 tahun, berarti lahir tahun 1916 (1952-36). Namun ada pula yang bersikukuh bahwa lelaki kelahiran Semanding (arah Barat Laut Pare) ini dilahirkan tahun 1912, menerima wahyu ketika berumur 40 tahun.
Tinggi sekitar 180 cm, terlihat jangkung apalagi badannya kurus. Warna kulit sedang, tidak kuning ataupun gelap. Potongan rambut selalu cepak seperti tentara. Tidak pernah mau memelihara jenggot ataupun kumis. Juga tidak brewok. Jadi penampilan selalu tampak bersih. Bicaranya disertai ungkapan yang bersifat perlambang.

Bila sedang tidak enak hati karena ada warga yang bertindak kurang benar, malah menertawakan diri sendiri, diumpamakan seakan dirinya sendiri yang melakukan kesalahan itu. Warga yang dituju tidak merasa, malah ikut tertawa. Sebaliknya jika bertindak benar, malah dibantah. Pak Kemi sering berbantahan dengan Pak Arjo. Contohnya tatkala Pak Kemi menceritakan bahwa ditempat yang kosong itu ada yang menempati, Pak Arjo membantah :"Tidak ada". Pak Kemi mempertahankan pendapatnya :"Ada". Pak Arjo malah berteriak dengan keras :"Tidak ada". Demikian berulang-ulang layaknya orang berbantahan. Pada akhirnya Pak Arjo ketawa lepas :"Ha ha ha ha"
Kepada tuntunan, Pak Arjo menyebutkan bahwa ada tuntunan bebek. Hadirin tertawa. Penggembala bebek itu menggembalakan bebeknya di pesawahan yang habis dipanen dan juga di kali kecil yang banyak keongnya. Ketika bebek-bebek itu sedang asyik mencari makan, si penggembala duduk-duduk saja didangau sambil tiduran, melihat dari kejauhan. Baru bangkit jika ada bebek yang bertelur.
Inilah perlambang tuntunan bebek, baru mau bergerak menjalankan tugas jika ada warganya yang melapor terima wejangan atau gegambaran saat melakukan sujud. Ini hal yang kurang benar untuk seorang tuntunan.
Melihat banyaknya warga yang masih kurang benar dalam melakukan sujud, Pak Arjo sangat bersedih.


free counters